Thursday, May 28, 2009

Perspektif Rahbar Tentang Peradaban Islam

" Connect, Share, Learn, Pray, Act, Victory ! "

Ringkasan:

Peradaban Islam lahir dari sebuah gerakan keilmuan yang muncul sejak awal datangnya agama Islam. Belum genap dua abad berlalu sejak pertama kali fajar Islam menyingsing, gerakan keilmuan yang pesat lahir di tengah dunia Islam, di sebuah lingkungan yang seperti itu (lingkungan terbelakang di jazirah Arabia, pentj). Jika ingin membandingkan gerakan keilmuan di masa itu dengan kondisi zaman ini, kalian harus membayangkan [pertama kali] tentang kutub-kutub keilmuan dunia hari ini. Umpamakan ada sebuah negara yang secara geografis letaknya di titik yang terpencil dan jauh dari pusat peradaban. Negara ini tiba-tiba masuk ke sebuah lingkungan peradaban dan secara keilmuan berhasil mengungguli peradaban-peradaban lainnya hingga seratus atau 150 tahun ke depan. Tentunya gerakan keilmuan seperti itu terhitung sebagai gerakan mukjizat yang tidak bisa dibayangkan. Hal itu tidak terjadi kecuali karena Islam menaruh perhatian besar pada ilmu, mendorong untuk menimba ilmu dan mengajarkannya serta menuntun untuk hidup dengan pintar.

Peradaban Islam lahir dari dalam Islam itu sendiri. Tentunya, peradaban yang hidup pasti memanfaatkan apa yang ada pada peradaban lain. Pertanyaannya adalah, kemakmuran dunia ini; penggunaan ilmu ini; penyingkapan banyak rahasia alam kehidupan ini -alam materi- yang dilakukan oleh orang-prang Islam; pemanfaatan khazanah pemikiran, ide, aktivitas keilmuan dalam skala besar dan lahirnya pusat-pusat pendidikan tinggi tingkat dunia; munculnya puluhan negara yang kaya dan kuat di zaman itu; lahirnya sebuah kekuatan politik paling besar sepanjang sejarah, dari mana datangnya semua itu? Coba lihat lembaran sejarah. Kalian tak akan pernah menemukan kekuatan apapun sepanjang sejarah kecuali Islam, yang berhasil membentuk sebuah negeri yang satu terbentang dari jantung benua Eropa sampai ke jantung anak benua India. Wilayah seluas itu menjelma menjadi satu negeri yang diperintah oleh sebuah kekuatan besar. Sementara Eropa tenggelam dalam kebodohan dan kesengsaraan di era abad pertengahan. Orang-orang Eropa sendiri yang menamakan abad pertengahan dengan nama periode kelam dan gelap. Di abad pertengahan ketika orang-orang Eropa berada dalam kegelapan dan kesengsaraan, gerakan keilmuan di negeri-negeri Islam, termasuk Iran berada pada periode kejayaannya. Kekuatan politik, kekuatan ilmu, kemakmuran duniawi, kekokohan pemerintahan, pengerahan segenap potensi sumber daya manusia yang hidup, konstruktif dan aktif, semua itu adalah berkat ajaran Islam.

Abad keempat hijriyah adalah abad keemasan peradaban Islam. Di abad keempat hijriyah -yang bertepatan dengan abad 11 Masehi, dimana Eropa saat itu berada pada puncak kegelapan dan kebodohan- peradaban Islam yang berhubungan dengan negeri Iran mencapai era keemasannya. Para ilmuan saat itu -kecuali hanya sedikit dari mereka- umumnya adalah orang Iran. Orang-orang Barat dahulu pernah berguru dan menimba ilmu dari Timur. Mereka menimba ilmu dari Iran. Pencetus berbagai cabang keilmuan di dunia saat ini umumnya adalah orang Iran. Bahkan, renaissance di Eropa sebenarnya terjadi karena gerakan penerjemahan buku-buku dari banyak negeri khususnya negeri-negeri Islam. Padahal saat itu, agama dan aktivitas keagamaan di Iran tidak lebih redup dibanding dengan Eropa, bahkan lebih semarak dan bergairah. Karena itu dapat disimpulkan bahwa agama bukan penghalang bagi gerakan keilmuan. Yang mencegah keilmuan adalah hal lain dan masalah lain. Apa itu? Kebodohan masyarakat dalam banyak bentuknya; keyakinan takhayul yang ada pada agama Kristen di zaman itu. Dalam sejarah Islam tidak pernah ada cerita seseorang dihujat lantaran ilmunya. Sementara di Eropa, ada orang yang dibunuh, dirajam, digantung bahkan dibakar hidup-hidup karena ilmunya. Artinya, apa-apa yang ada di agama Kristen mereka yang telah dipenuhi oleh takhayul dan sarat dengan hal-hal bodoh digeneralisasi oleh mereka ke seluruh dunia. Lalu apa sebenarnya dosa Islam saat ini? Apa dosa umat Islam? Apa dosa bangsa-bangsa Muslim?

Islam memang sebuah kebangkitan dan gerakan spiritual dan moral, tetapi meski demikian, tak diragukan bahwa agama ini menjadikan kemajuan ilmu dan perkembangan ekonomi sebagai bagian dari tujuan yang diinginkannya. Belum genap lima puluh tahun dari kelahiran agama Islam sudah lebih dari separuh peradaban dunia bernaung di bawah panji Islam. Dalam dua abad pertama, dunia Islam yang besar telah mencapai puncak peradaban umat manusia dari sisi keilmuan, khazanah pemikiran, serta kemajuan sipil dan ekonomi. Semua itu tak mungkin terwujud jika bukan karena berkah ajaran agama Islam yang menyatukan antara sipirtualitas dan kemajuan materi.

Peradaban Barat yang materialis membawa semua orang kepada materialisme. Uang, perut, dan syahwat menjadi tujuan yang terbesar. Akhirnya, kesucian, keseragaman, toleransi, dan pengorbanan di banyak wilayah alam ini, tergeser dan digantikan dengan kelicikan, tipu daya, kerakusan, kedengkian, kekikiran dan sifat-sifat buruk lainnya. Dewasa ini, kemajuan ilmu ultra modern yang berhasil dicapai oleh peradaban dan Dunia Barat tidak mampu menyelamatkan umat manusia. Penyebab utama adalah karena kemajuan itu tidak disertai oleh nilai kemanusiaan. Setiap kali ada ilmu namun tidak dibarengi dengan spiritualitas, moral, hati, dan emosi kemanusiaan, maka umat manusia tidak akan memetik manfaat dari ilmu tersebut. Ilmu tanpa spiritualitas dan moral akan melahirkan bom atom yang membinasakan orang-orang yang tak berdosa. Ilmu itu akan menghasilkan senjata yang memangsa warga sipil di Lebanon, Palestina, dan berbagai negeri lainnya di dunia ini. Ilmu itu akan menjadi bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai senjata untuk membantai wanita, anak kecil, anak muda, manusia dan binatang seperti yang terjadi di Halabja dan tempat-tempat lainnya di dunia.

Dalam peradaban Islam dan di bawah naungan pemerintahan suci Republik Islam yang bergerak menuju ke arah peradaban itu, kita telah mencanangkan target yang harus diwujudkan yaitu menyenaraikan ilmu dengan spiritualitas. Ketika kalian menyaksikan Dunia Barat demikian sensitif terhadap sikap kita yang komitmen dengan spiritualitas sehingga mereka menyebut kita dengan sebutan fundamental dan kolot serta menuduh kita melanggar Hak Asasi Manusia lantaran kita loyal pada prinsip etika dan kemanusiaan, itu semua terjadi karena apa yang kita lakukan berseberangan dengan konsep mereka. Kita meyakini bahwa seiring dengan memanfaatkan ilmu, amal dan pengalaman umat manusia, kita harus menebar sendiri benih-benih kemajuan materi dan spiritualitas untuk meraih kesuksesan bagi negeri ini. Kita harus merawatnya hingga tumbuh dan menghijau. Jangan sampai kita hanya mengekor kepada orang lain.


Bagaimana dengan Bangsa Indonesia?

Dirimu? Keluargamu? Lingkunganmu?


" Connect, Share, Learn, Pray, Act, Victory ! "

No comments: